JAKARTA-CRIMENEWS: Pada era lima hingga sepuluh tahun lalu, armada Damri identik dengan armada angkutan darat milik pemerintah yang kumuh, kotor, tidak terawat dan khusus angkutan kaum ekonomi lemah. Armada milik korp berseragam biru muda itu, bisa diibaratkan seperti angkutan yang lelet atau lamban.
Identifikasi itu sepertinya tidak terlalu berlebihan, karena yang naik bus Damri bisa dipastikan orang-orang yang berpenampilan lusuh, bersendal jepit, dan membawa tas berukuran besar, juga barang-barang bawaan yang ditaruh di atas kap bus. Kebiasaan para penumpang lainnya itu, selalu membuang sisa-sisa makanan dan juga kulit telor rebus di bawah bangku bus begitu saja.
Bau amis sisa telor rebus, bercampur dengan bau keringat penumpang, keringat awak bus dan juga ceceran oli atau solar, semakin menambah kumuhnya penampilan bus Damri.
Bukan hanya itu, sopir dan awak bus pun tampil tidak rapi. Gaya khas mereka, mengenakan sepatu yang sudah kehilangan warna aslinya dan diinjak bagian tumitnya. Seragam biru muda berlogo sayap warna kuning yang dipakainya tidak dimasukkan dalam celana dan juga tidak dikancingkan. Nampak jelas kaus dalam yang beraneka warna, karena variasi daki dan warna solar.
Semua itu adalah fakta hingga mendekati tahun 2000-an. Kondisi itu bisa kita saksikan dan rasakan pada sepanjang perjalanan bus Damri rute Lampung hingga ke Jawa Timur. Memang menjadi sebuah ironi, armada angkutan darat satu-satunya milik negara yang usianya hampir sama dengan usia republik ini, ternyata masih juga digelayuti armada yang reyot.
Namun situasi itu seakan berbalik 180 derajat kalau kita melihat armada Damri milik Stasiun Bandar Lampung. Dari 44 unit bis yang ada, sebagian besar dalam kondisi bagus, baik dari sisi kemampuan mesin dan bodi. Bahkan saat ini, Damri Bandar Lampung memiliki satu unit bus super executive yang berisi 24 seat, 12 unit bus executive, 32 unit bus ekonomi.
Menurut Kepala Stasiun Perum Damri Bandar Lampung, Subagyo, satu-satunya bus super executive itu masih dalam kondisi baru. Untuk mendandani sebuah bus menjadi super executive, pihaknya harus berani menyisihkan dana Rp 275 juta. Dengan modal 30 persennya sebagai uang muka, karoseri bus Trisakti, siap membantu Damri merenovasi bus-bus dengan memberikan kemudahan cicilan biaya hingga 10 kali.
Kemewahan yang ditawarkan Damri super executive ini, sama dengan kemewahan bus swasta dengan kelas big top. Bagi penumpang yang merokok, bus ini dilengkapi smoking area yang posisinya di belakang dan bersebelahan dengan toilet.
Dari pantauan Suara Karya di Stasiun Kereta Api (KA) Tanjung Karang, Bandar Lampung, para penumpang super executive ini dari kalangan kelas ekonomi menengah ke atas. Itu terlihat dari para pengantar penumpang super executive yang menggunakan mobil-mobil mewah.
Khusus menghadapi masa mudik Lebaran 2008 ini, Subagyo telah menyiapkan armadanya secara sungguh-sungguh. Ia memanfaatkan masa sepi penumpang mulai awal puasa hingga H-7, untuk merenovasi bodi dan mesin armada.
Tidak tanggung-tanggung, bus yang bodinya mulai terlihat kurang enak dipandang mata atau hanya baret-baret saat bersenggolan di dalam ferry penyeberangan Merak-Bakauheni, langsung dikandangin dan dipoles serta dicat lagi. Setiap bus yang keluar pool, harus dalam kondisi sehat dan mesin sangat prima. Tidak ada istilah mobil "sakit" yang harus mencari uang. Bahkan saat ini terdapat tujuh unit mesin bus yang siap pasang sewaktu-waktu.
Gebrakan lain yang dilakukan Subagyo, ia menerapkan sistem on time keberangkatan setiap armada. Toleransi keterlambatan maksimal 15 menit. Jika ada penumpang yang sudah memiliki tiket dan terlambat, hanya akan ditunggu hingga menit ke 20 atau atas kesepakatan penumpang lain.
Pentingnya ketepatan waktu, menurut Subagyo, karena penumpang Damri dari Lampung ke Jakarta dan sebaliknya, adalah orang-orang penting dan orang kantoran.
Karena itu, ketepatan waktu pemberangkatan, selama dalam perjalanan hingga tiba di pemberhentian terakhir, sangat dijaga ketat.
Untuk menyiasati kemungkinan timbulnya masalah di dermaga ferry dan panjangnya antrean, pihak Perum Damri Lampung akan membuat kerja sama dengan Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP), agar bisa mendahulukan bus Damri masuk ke dalam kapal tanpa harus melalui antrean.
Jika ini bisa terwujud, lanjutnya, bisnisman atau pegawai kantor dari Lampung yang harus masuk kerja atau mengikuti meeting di Jakarta pagi hari, bisa berangkat dari Bandar Lampung pukul 21.00 atau 22.00 malam.
Obsesi lain yang kini tengah dirintis Subagyo, ia ingin memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk mendukung kenyamanan dan keselamatan penumpang bus Damri. Salah satunya, menciptakan save deposit box atau kotak penyimpanan barang berharga milik penumpang.
Ia juga mengharapkan adanya satu pola pelayanan pemesanan tiket bus yang online. Obsesi ini, lanjutnya, sebenarnya akan ia terapkan pada pelaksanaan mudik Lebaran 2008 ini, namun ia mengakui, ketersediaan prasarana dan sarana pendukung operasional online ticketing system belum bisa dipaksakan.
Padahal pihaknya telah menyiapkan lima titik loket penjualan yang terkoneksi secara online, yaitu di Pringsewu, Metro, Bandar Jaya, Rolya Motor dan di Stasiun KA Tanjung Karang. "Pusat online ticketing system di stasiun Tanjung Karang," katanya.
Ia memastikan, sistem online ini akan bisa sepenuhnya beroperasi pada akhir tahun 2008. "Pada liburan Natal dan tahun baru 2009, penumpang sudah bisa memanfaatkan fasilitas ini," katanya. Kenyamanan, kebersihan, dan tepat waktu, kini menjadi andalan jajaran Damri Bandar Lampung dalam melayani masyarakat. (Joe)
Readmore ""