Rabu, 22 Oktober 2008

PERJUANGAN SITI ROMLAH SELAMATKAN UANG BLT

CIREBON-CRIMENEWS: Uang Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang sebelumnya diduga dibawa kabur perampok dalam aksi Senin (20/10/2008) di Kantor Pos Kesenden Cirebon, ternyata masih utuh karena disimpan petugas pos di bawah meja kantor.

Menurut Sekretaris Wilayah Kantor Pos V Jawa Barat Hari Heriawan, di Cirebon, Ibu Siti Romlah dengan berani melawan perampok dan tidak mau menunjukkan uang BLT yang diincar para perampok, uang itu tidak disimpan di brangkas tetapi diamankan di bawah meja.

Ia menjelaskan, jumlah uang tunai yang akan disalurkan kepada warga miskin di Kecamatan Gunungjati, Kabupaten Cirebon bukan Rp 290 juta seperti yang diberitakan media massa, namun hanya Rp 145 juta.
"Uang itu baru sampai di Kantor Pos Kesenden sekitar pukul 12.00, dan rencananya sore hari akan disalurkan kepada warga di Gunungjati," katanya.

Menurut Hari, para perampok hanya berhasil membawa uang dan barang senilai Rp 13 juta antara lain uang pembayaran listrik, uang kas kantor dan meterai senilai Rp 600 ribu.

Ia menduga, para perampok salah sasaran karena mengira kantor pos di Kesenden itu juga menyimpan uang BLT, padahal hanya sebagai tempat transit sebentar untuk segera disalurkan.

Ia sengaja datang ke Cirebon untuk memberikan penghargaan kepada Siti Romlah (50), petugas pos yang dengan berani menyelamatkan uang BLT, walaupun bertaruh nyawa karena mendapat bacokan golok di tangan dan kepalanya. Saat ini Siti Romlah masih terbaring di RS Pelabuhan Cirebon untuk menjalani perawatan. (Joe)

Readmore ""

SIAPA WAHYU "TERORIS" SEBENARNYA?


JAKARTA-CRIMENEWS: Tersangka aksi terorisme yang juga akan meledakkan Depo Penampungan dan Distribusi BBM Plumpang, Jakarta Utara (Jakut), Wahyu alias Rusli Mardhani alias Uci alias Farid alias Zulfikar, diduga memiliki jaringan kuat di lingkungan teroris di Indonesia.


Wahyu yang dalam penampilan kesehariannya nampak sederhana dan biasa saja itu, diyakini memiliki kemampuan sangat tinggi dalam perakitan dan peracikan bahan-bahan pembuat bom.

Menurut Wakil Kepala Divisi Humas Polri Brigjen Pol Sulistyo Ishak, Wahyu juga tercatat pernah terlibat pertempuran di Ambon dan adu tembak dengan polisi di Pos Brimob, Loki, Maluku Tengah. Ia pernah jihad di Ambon 2002-2003 dan tahun 2005.


Pada 22 Januari 2007 kontak senjata api dengan tim Mabes Polri di Poso pada saat penangkapan pelaku teror di Poso. Wahyu lalu melarikan diri pada tanggal 24 Januari 2007 ke Gorontalo. Pada 25 Januari 2007 lari ke Jakarta sampai dengan sekarang.


Wahyu juga pernah terlibat dalam kasus penembakan anggota Brimob di Loki, Maluku. Turut serta bersamanya Asep Dahlan, Asadullah, dan lain-lain. Ia juga terlibat kepemilikan senjata api, amunisi, bahan peledak, cairan kimia dalam rangka persiapan kegiatan teroris di Indonesia.


Lantas, siapa 7 anggota lainnya yang ditetapkan sebagai tersangka baru? Menurut Sulistyo, mereka diduga merupakan murid dari teroris terkenal (alm) Dr Azahari. Ini bisa diidentifikasi dari cara mereka merakit bom yang sama.

Kelompok ini merupakan kolaborasi dari kelompok yang lebih besar, meliputi kelompok Jundullah di Sulawesi, kelompok Jamaah Islamiyah di Ambon, Poso dan Jawa, kelompok Kompak di Kayamaya Poso, Ambon, dan Jakarta.


Kelompok ini diduga juga terkait dengan kelompok Fakta di Palembang, kelompok NII di Jakarta, dan kelompok Jamaah Islamiyah di Singapura dengan tokohnya Hasan alias Taslim yang merupakan lulusan kamp Al Qaida di Afghanistan.


Kelompok ini, lebih canggih dibanding para pelaku terorisme sebelumnya. Indikasinya, printed circuit board (PCB) yang mereka buat sudah lebih sempurna dan lebih rapi dibanding PCB yang pernah disita. Kemajuan signifikan dalam PCB ini mengakibatkan pembuatan switching bomb lebih cepat dan lebih banyak. (Joe)

Readmore ""

DEPO PERTAMINA SASARAN TERORIS



JAKARTA-CRIMENEWS: Mabes Polri menganilisa, Kelompok teroris yang tertangkap di Kelapa Gading, Jakarta Utara (Jakut), diyakini mengincar Depo Penampungan dan Distribusi BBM di Plumpang, Jakut.


"Salah satu target mereka adalah depo minyak Pertamina di Plumpang," kata Wakabid Humas Mabes Polri Brigjen Pol Sulistyo Ishak di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta, Rabu (22/10/2008).


Para pelaku, lanjut Sulistyo Ishak, sejak jauh-jauh hari melakukan persiapan, termasuk berbaur dengan warga sekitar dalam kurun waktu yang cukup lama. Bahkan, tersangka Wahyu telah tinggal di sekitar Plumpang sekitar setahun.


Berbaurnya pelaku dengan masyarakat sekitar, tentu saja sangat berbahaya mengingat kelompok yang terdiri dari 7 orang ini memiliki kemampuan merakit bom lebih canggih dibanding para pendahulunya. (Joe)

Readmore ""

POLISI KECOLONGAN?



JAKARTA-CRIMENEWS: Aparat kepolisian tidak bersedia disebut kecolongan dalam kasus ricuh di persidangan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat kemarin. Hal ini karena polisi telah berupaya maksimal menjaga situasi keamanan.

"Sidang (kasus pembunuhan manajer Diskotek Clasik Didi Pontoh) kemarin itu yang keenam. Sidang pertama hingga kelima aman," kata Kasat Reskrim Jakarta Pusat Kompol Agustinus Pangaribuan, Rabu (22/10/2008).

Berkaca pada hal ini, maka polisi tidak menerjunkan personel pengamanan tambahan. "Hakim juga tidak mengajukan tambahan pengamanan," ujarnya. Namun, prediksi tersebut ternyata salah karena akhirnya terjadi insiden bentrokan antara massa pendukung kubu terdakwa dan korban.

Menurut Agustinus, seperti dikutip Suarakarya-online.com, personel keamanan yang berjaga di ruang persidangan kemarin tidak kuasa menghalau bentrok karena jumlah massa jauh lebih besar. "Petugas kita ada, tapi tidak mampu mengendalikan massa," katanya. (Joe)

Readmore ""

PENUSUKAN DI PN JAKPUS CONTEMPT OF COURT





JAKARTA-CRIMENEWS: Persidangan di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat lagi-lagi diwarnai kericuhan. Kali ini pengunjung sidang Stanley Mukuah (27) tewas ditusuk usai sidang perkara kasus pembunuhan Manager Hotel Classic Didik Pontoh. Kepala PN Jakpus dinilai lalai atas kebrutalan usai persidangan tersebut.

"Kepala PN tidak punya sense of crisis. Seharusnya ia bisa mencium indikasi terjadinya hal itu dan meminta bantuan polisi untuk pencegahan," kata anggota Komisi III Eva Kusuma Sundari, Rabu (22/10/2008).

Seperti diberitakan, saat persidangan dengan terdakwa James Venturi itu hanya ada 1 orang polisi dan 2 satpam yang mengamankan sidang.

Menurut Eva, kebrutalan yang terjadi kemarin, lagi-lagi merupakan tindakan contempt of court (penghinaan terhadap pengadilan), setelah sebelumnya juga terjadi tawuran antar-massa FPI dan AKKBB yang juga memakan korban.

"Ini lagi-lagi merupakan contempt of court. Bagaimana bisa di suatu lembaga pencari keadilan terjadi suatu ketidakadilan," ujar politisi PDIP ini, seperti dikutip Suarakarya-online.com.

Secara terpisah, anggota Komisi III Lukman Hakim Saefuddin menilai tidak hanya manajemen PN Jakpus yang harus bertanggung jawab melainkan juga pihak kepolisian.

"Kedua-duanya harus bertanggung jawab. Pengadilan harus mengantisipasi dan polisi harus proaktif. Intel reserse kepolisian harusnya bisa mencium indikasi itu," ujar Ketua FPPP ini. (Joe)

Readmore ""