JAKARTA-CRIMENEWS: Pernyataan Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri bahwa tidak ada perwira tinggi (pati) Polri yang membekingi judi di Riau dan hanya melanggar pertanggungjawaban manajerial, akan mengurangi rasa kepercayaan masyarakat kepada Polri.
"Ini bentuk kekalutan dan hasil bisikan jenderal tua, agar nama institusi Polri diamankan dan tidak tercemar. Namun tindakan itu justru tidak tepat," kata pengajar kajian ilmu kepolisian pasca sarjana Universitas Indonesia (UI), Bambang Widodo Umar.
Menurutnya, pandangan dan penilaian masyarakat terhadap kinerja korp berseragam coklat-coklat ini belum seluruhnya baik. Selama ini, sudah tertanam dalam pola pikiran masyarakat bahwa polisi adalah bagian yang melindungi perjudian.
Kini beredar kabar adanya dugaan para jenderal polisi menjadi beking judi, ini menjadi konsumsi berita yang sangat menarik bagi masyarakat. Ada harapan, Kapolri mengungkap siapa saja yang membekingi judi, apa bentuk sanksi tegas dari Kapolri dan bagaimana nasib perjalanan kariernya.
Penyelesaian hukum itu sangat ditunggu masyarakat. Masyarakat mengharapkan ada tindakan tegas terhadap para jenderal, bukan hanya kepada perwira menengah (pamen) atau tamtama. Masyarakat menunggu-nunggu kabar dari Mabes Polri di Trunojoyo.
Bahkan masyarakat sudah mulai menerka-nerka, pasti si A akan dicopot dari jabatan barunya, dipecat, diseret ke pengadilan umum dan selanjutnya dijebloskan ke penjara.
Tetapi apa yang terjadi? Harapan masyarakat sirna begitu saja, setelah mendengar penjelasan langsung Kapolri Bambang Hendarso Danuri itu.
Masyarakat pasti akan menilai, ah, polisi di mana saja selalu sama. Saling melindungi. Ini sangat menyakiti rasa keadilan yang diharapkan masyarakat.
Seharusnya, akan lebih baik kalau Kapolri mengatakan secara terbuka, bagaimana keterlibatan mereka, sejauh mana mereka telah melanggar aturan dan sanksi yang diberikan. Namun sayang, semua itu tidak bisa dimiliki masyarakat. (Joe)