Minggu, 02 November 2008

DETIK-DETIK MENUNGGU EKSEKUSI


Amrozi, Ali Gufron, dan Imam Samudra, tiga terpidana mati kasus bom Bali 2002 kini tinggal menunggu ajal didepan regu tembak Bribom Polda Jawa Tengah (Jateng). Detik-detik menegangkan itu terjadi setelah pihak Kejagung mengumumkan akan melakukan eksekusi pada awal Nopember 2008.



Kepastian akan dilakukannya eksekusi tersebut semakin kentara setelah konsentrasi petugas dari beberapa instansi tampak mengalami peningkatan di Pulau Nusakambangan, Jateng, tempat Amrozi dan kawan-kawan menjalani penahanan.

Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso mengakui kalau pihaknya telah menyiapkan regu tembak untuk ambil bagian dalam pelaksanaan eksekusi tiga terpidana mati kasus bom Bali 2002.

Menurut Kapolri, eksekusi harus dilaksanakan. Karena perbuatan pidana yang dilakukan Amrozi dan kawan-kawan telah memiliki kekuatan hukum yang tetap.

Pengamanan dalam rangka eksekusi mati Amrozi cs juga dilakukan di perairan di sekitar Pulau Nusakambangan. Menurut Kepala Satuan Polisi Air (Satpol Air) Polres Cilacap, AKP Sugeng Hartono, pengamanan dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan masuknya orang-orang yang tidak bertanggung jawab ke pulau itu.

Menurut dia, pihaknya juga melakukan pengawasan terhadap nelayan yang biasa mencari ikan di perairan tersebut dengan diimbau untuk tidak terlalu dekat dengan Nusakambangan.

Pihaknya terus mengupayakan agar Nusakambangan tetap steril dari orang-orang yang tidak berkepentingan. Bahkan, untuk memperkuat pengamanan perairan, Satpol Air Cilacap mendapat penambahan pasukan sebanyak 10 personel dari Polda Jawa Tengah.

Selain dilakukan oleh Satpol Air Polres Cilacap, Kantor Administratur Pelabuhan (Adpel) Tanjung Intan Cilacap juga meningkatkan patroli perairannya.

"Patroli kita tingkatkan dari delapan kali sehari menjadi 10 kali sehari," kata Kasi Penjagaan dan Penyelamatan Adpel Tanjung Intan Cilacap, Aher Priyatno.

Menurut dia, patroli tersebut dilakukan di perairan di sekitar Nusakambangan khususnya kawasan Segara Anakan yakni dari Plawangan Barat hingga Plawangan Timur.

Kapal Patroli KN5 70 milik Adpel Tanjung Intan Cilacap tampak berpatroli menyusuri perairan Segara Anakan di sebelah utara Nusakambangan yang membatasi pulau itu dengan daratan Cilacap.

Sementara itu di Cilacap, Polres setempat terus menggelar operasi terhadap kendaraan bermotor roda dua maupun empat. Operasi yang berbendera "Bulan Tertib Lalu Lintas (BTL) Seri 3" tersebut, dimungkinkan erat kaitannya dengan pengamanan menjelang eksekusi Amrozi dkk lantaran tidak hanya digelar pada siang hari tetapi juga malam hari.

Selain operasi yang digelar Polres Cilacap, Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Bakesbanglinmas) Kabupaten Cilacap bersama Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) setempat menggelar operasi yustisi kependudukan di wilayah sekitar Pulau Nusakambangan.

Kepala Bakesbanglinmas Cilacap, Yayan Rusyawan Effendi mengatakan, operasi yang melibatkan unsur TNI dan Polri telah dilakukan sejak tahun 2000 lalu.

Pelaksanaan eksekusi mati Amrozi cs tinggal menunggu hari. Kendaraan tempur dan bom milik Polda Jateng yang semula berada di Polres Cilacap, sudah bergeser mendekati perairan Nusakambangan.

Dua kendaraan berupa mobil antibom Barakuda Gegana Polda Jateng dan mobil Jihandak Gegana Brimobda Jateng, bergerak menuju Kesatrian Amirul Isnaeni Pusat Pendidikan Kopassus Cilacap yang berada di seberang Pulau Nusakambangan.

Selain dua kendaraan tersebut, satu regu Brimob juga turut serta untuk memperkuat satu regu Brimob yang telah ada di tempat itu. Persiapan tersebut menunjukkan adanya peningkatan pengamanan yang signifikan dan dimungkinkan adanya penambahan pasukan.

Keluarga Tak Yakin

Namun dari pihak keluarga para terpidana mati, hingga saat ini tidak yakin jika Amrozi dkk akan dieksekusi. Adik kandung Abdul Azis alias Imam Samudera tetap merasa tidak yakin, kakaknya tersebut akan dieksekusi awal November mendatang.

Alasan ketidakyakinan pelaksanaan eksekusi itu, karena dari dulu sejak bulan puasa sudah gembar-gembor akan dieksekusi, buktinya eksekusi tidak juga dilaksanakan. "Sekarang juga saya tetap merasa tidak yakin," kata Dedi Chaidir di Serang, Banten.

Menurut dia, meskipun pihak Kejaksaan Agung sudah menyampaikan rencana eksekusi tersebut dan sudah gembar-gembor di berbagai media, ia tetap merasa tidak percaya dengan rencana itu, karena selama ini belum ada pemberitahuan kepada keluarga dan belum ada ketetapan apa pun. Dia bersama keluarga tetap tenang dan tidak begitu terlarut dengan pemberitaan itu, meskipun sedikit merasa terganggu.

Demikian juga dengan adik Imam Samudera lainnya Lulu Jamaludin yang juga kakak kandung Dedi Chaidir, tetap mengaku tidak percaya dengan rencana eksekusi tersebut. Karena, kata dia, sebelumnya pihak kejaksaan merencanakan eksekusi sebelum puasa, kemudian setelah lebaran dan sekarang awal November.

Sementara itu, keluarga Amrozi, di Desa Tenggulun Kecamatan Solokuro, Lamongan, Jawa Timur, juga belum yakin akan adanya eksekusi itu. Kare4na sejak diumumkan secara resmi oleh Kejaksaan Agung 24 Oktober lalu, tidak ada pemberitahuan secara resmi yang disampaikan kepada keluarga di Lamongan. Termasuk dari Tim Pengacara Muslim (TPM) belum memberitahu kami rencana eksekusi itu.

Chozin mengatakan, keluarga tetap berprasangka baik dengan pertimbangan urusan kematian adalah milik Allah SWT, bukan urusan manusia. Hanya disayangkan, kalau memang benar jadwal eksekusi Amrozi Cs pada awal November, proses hukumnya dianggap terlalu cepat. (Joe)

Readmore ""