JAKARTA-CRIMENEWS: Penangkapan demi penangkapan aktivis teroris di Indonesia, menunjukkan bahwa sel-sel terorisme di negeri ini masih ada. Atau mungkin masih tumbuh subur. Bisa diibaratkan api dalam sekam. Sewaktu-waktu mereka akan melakukan aksinya.
Mereka, kelompok teroris ini, bergerak dengan kelompok kecil yang keterkaitannya atau link-nya bisa dideteksi. Anggota kelompok sangat mungkin tidak saling mengenal, namun mereka memiliki satu sasaran yang sama.
Link utama kelompok ini, hanya bisa terdeteksi dari cara-cara mereka merakit bom, pola rekrutmen anggota baru, dan mungkin juga kemampuan mereka meyakinkan kebenaran ajaran yang mereka yakini sebagai ajaran yang paling benar.
Menurut Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri, jaringan teroris di Indonesia sangat banyak dan terorganisir dengan baik. Keberadaan mereka seperti gunung es, kelihatannya di permukaan hanya sedikit, tapi sesungguhnya di dalamnya sangat besar.
Secara struktural, kelompok- kelompok teroris itu satu sama lainya saling terkait. Seperti kelompok yang digulung di Kelapa Gading terkait dengan kelompok teroris di Poso dan kelompok Dr Azahari yang sudah ditembak mati. Begitu juga dengan kelompok teroris lainya, termasuk dengan Abdulha Sonata, penyandang dana teroris yang sudah divonis 7 tahun.
"Semua terstruktur. Satu sama lain saling terkait. Semua tidak pernah terhenti, dan polisi juga tidak boleh berhenti untuk mengantisipasi dan mencegah aksi mereka," katanya. (Joe)